Napak Tilas Cakruk 86'
- Get link
- X
- Other Apps
Jakarta, 21 April 2018
Panggilan Lonceng Legendaris
Beberapa hari terakhir ini berseliweran curhatan mengenai cuaca yang dominan panas dan membuat kita enggan melakukan aktifitas di luar. Tapi akhir pekan sore ini cukup bersahabat. Sekitar satu jam hujan ringan mengguyur di sepanjang perjalananku menuju kedai kopi langganan. Cukup nyaman untuk duduk menikmati kopi kesukaan sekaligus utak-atik blog yang baru saja aku buat.
“Hhhaaa…baru belajar bikin blog..!”, gumamku dalam hati. Tak mengapa. Yang pasti beberapa hari ini, sesaat setelah pulang kerja, waktu seolah melaju cepat.
Alhasil rasanya ada dorongan untuk mengasyikkan diri ber-“blogging ria” di akhir pekan ini. Secara kebetulan ada titipan khusus dari beberapa Dulurs untuk berbarengan napak tilas, menelusur lahirnya jejaring medsos kesayangan kita, Cakruk 86.
“Gayo atau papua Mas….?”, tanya pramusaji di sela keasyikanku menatap layar latptop. Rupanya dia sudah hafal selera kopi arabika kesukaanku. Dan pastinya disajikan dengan V-60 alias disaring.
“Mmmm…kemarin Papua ya… Ok, minta Gayo deh..”, jawabku tak kalah ramah, masih menelusuri galeri foto-foto yang berkaitan dengan gambaran seputar sekolah SMPK. Selanjutnya aku kembali menatap layar laptop dan ber-“browsing ria” mencari materi dan referensi untuk kolom Galeri seputar lahirnya Cakruk 86.
Berbalas Komen di Facebook
Waktu itu sekitar akhir Desember 2016 di halaman Facebook salah satu Dulur kita, M Agus Hardiyanto, pada kolom komentar terjadi aksi berbalas pantun, "Eh…maksudnya berbalas komentar".
Kita sebut saja “tersangkanya”, Di situ terpampang nama akun FB Abednego T. Gumono, Lucia Harry Sucahyowati, Ady Wicaksono, Uda Hermawan, Bheny Tarika, Setya Nugroho, Prasetyo Widi, dan masih banyak lagi. Termasuk akun FB lainnya yang kita “coba colek” antara lain Antonius Hardono, Petrus Suroto, Cornelius Basuki Adi, Ida Yoeniarti, Chatarina Wahyu dan beberapa nama lain yang belum “terdeteksi” akun FB nya. Terhitung sekitar 100 komentar dan acungan jempol meramaikan lapak FB M Agus Hardiyanto.
Perbicangan bermula seputar postingan foto bel sekolah yang legendaris serta ruangan kelas, yang ternyata jauh dari bayanganku waktu itu. Pada foto tersebut terpampang gambar koridor dan deretan ruangan Kelas I yang cukup rapi, bersih dan bernuansa cerah. Rasanya aku seperti terseret arus deras menuju masa sekitar 30 tahun yang lalu.
“Kpn SMPK angktne dewe meh ngumpul yooo…”, komenter Lucia Harry Suchyowati.
“Yo aku manut ae, do dirembuk sik nang kene aku kari nunggu undangane”, balas si empunya "lapak", M Agus Haridyanto.
Akhirnya dalam perbincangan tersebut kita bersepakat untuk membuat wadah komunikasi seangkatan berupa Group WA. Silahkan Dulurs yang mau mengkuti perbincangan lengkapnya untuk langsung saja "klik" Link Facebook M Agus Hardiyanto
Group Whatsapp Cakrukan 86
“Hhaaaaa…. kopiku sudah dingin…”, aku tersadar dan menikmati tegukan kopi terakhir. “Lalu… sebatang rokok tersulut….”, tanpa sadar aku bersenandung salah satu lagu band kesayanganku, KLA Project – Sarapan Pagi.
Ingatanku membawa kepada riuhnya suasana obrolan cakruk, demikian istilah perbincangan di grup WA. Sengaja mengajak semua Alumni 86 merasakan suasana karib dan keakraban layaknya teman bermain masa kecil. Semua mencoba menghadirkan nuansa masa bersekolah di SMP Kanisius Muntilan tercinta.
Meski hanya sebatas virtual, rasanya suasana yang terbangun cukup efektif menghadirkan hangatnya suasana cakruk dan menumbuhkan kerinduan untuk pada suatu saat berkumpul, melakukan kopi darat, dan pastinya seperti umumnya kegiatan utama alumni adalah mengadakan reuni.
Meski hanya sebatas virtual, rasanya suasana yang terbangun cukup efektif menghadirkan hangatnya suasana cakruk dan menumbuhkan kerinduan untuk pada suatu saat berkumpul, melakukan kopi darat, dan pastinya seperti umumnya kegiatan utama alumni adalah mengadakan reuni.
“Hembusan sepoi angin masa lalu…”, salah satu penggalan kalimat yang menjadi favoritku, terinspirasi pada obrolan awal bedirinya cakruk.
“Wedang tape molen minggu….hembusan sepoi angin masa laluuuuu…..”, salah satu postinganku kala itu.
“Njur udan2…ra bawa payung…..dadi Memori Daun Pisang….”, balasan jeng Ida Yoen.
“Daune pisang wes ge bungkus utri j..”, timpal jeng Ary.
Dan obrolan berlanjut pada camilan khas masa kecil. Tersebutlah “rondo royal”, “timus”, “mendut” dan sebutan penganan lainnya, tidak ketinggalan wedang ronde dan tentu saja slondok dengan pasangannya, tape ketan.
Kumpul Balung Pisah dan Edisi Reuni
Tanpa terasa Group WA Alumni 86 baru saja merayakan ulang tahun yang pertama. Hasilnya sudah satu edisi acara kopi darat – Pakem Berseri yang menjadi momen peresmian berdirinya Ikatan Alumni 86. Berikutnya diluncurkan dua edisi reuni di bulan Juni 2017 dengan tema Nuansa Penuh Warna dan Timeless Reunion di akhir bulan Desember 2017.
Perlahan tapi pasti, wadah komunikasi ini akan terus bertransformasi mengikuti era perkembangan media sosial berbasis digital. Mungkin disebut terlambat, sama seperti tiba-tiba tercetus keinginan membuat blog ini, yang seharusnya dilakukan pada masa-masa awal terbentuknya paguyuban alumni kita.
“Better late than never’, demikianlah sekilas perjalanan akhir pekan ini yang bertajuk Napak Tilas Cakruk 86. Ke depan semoga Blog Timeless Reunion SMPK 86 semakin mampu melengkapi wadah komunikasi kita dan kehadirannya juga sejalan dengan tujuan berdirinya Cakruk 86 - semakin memberi inspirasi untuk sesuatu yang positif dan lebih baik.
"Selamat Hari Kartini untuk Jeng Putri 86. Dirgahayu Emansipasi..." demikian sebuah penggalan kutipan obrolan Grup WA hari ini bertepatan dengan Hari Kartini yang jatuh pada hari ini.
/pr
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment